Kita seringkali mendengar narasi yang, dibentuk oleh media, menempatkan negara seperti Jepang dan Korea Selatan sebagai pusat krisis bunuh diri global. Angka absolut—jumlah total kasus—memang menempatkan negara berpopulasi besar seperti India dan Tiongkok di puncak. Namun, untuk memahami risiko yang sesungguhnya kita rasakan sebagai komunitas global, kita harus melihat tingkat (rate) per 100.000 penduduk. Di sinilah data WHO 2021 memberikan jawaban yang mengejutkan dan memaksa kita untuk mendefinisikan ulang prioritas.
Seri Risiko Bunuh Diri Global (WHO)
- Benarkah Jepang dan Korea Memiliki Tingkat Bunuh Diri Tertinggi di Dunia?
- Benarkah Pria Memiliki Risiko Lebih Tinggi Dibandingkan Wanita?
- Kelompok Usia Mana yang Paling Membutuhkan Perhatian?
- Apakah Negara Berpendapatan Rendah Lebih Rentan Bunuh Diri?
Krisis yang Salah Alamat
Saat Anda memfilter visualisasi di bawah menjadi metrik rate, sebuah kebenaran yang tidak nyaman terungkap. Peringkat teratas tidak lagi didominasi oleh raksasa ekonomi Asia Timur. Sebaliknya, data menunjukkan bahwa negara-negara di Afrika seperti Lesotho (28.7) dan Republic of Korea (27.5) menghadapi tingkat risiko yang tinggi. Ini adalah krisis prioritas pertama: perhatian global mungkin selama ini melihat ke arah yang berbeda, sementara krisis yang lebih akut dapat terjadi di tempat lain. Untuk Jepang berada pada urutan ke-17 (17.4).
Namun, sebelum kita mengambil kesimpulan, data ini menyajikan lapisan krisis kedua yang lebih dalam, yang tersembunyi di balik warna setiap bar.
Cerita di Balik Warna: Krisis Kualitas Data
Perhatikan warna bar pada visualisasi. Sebagian besar negara dengan tingkat tertinggi memiliki kualitas data ‘Low’ atau ‘Very Low’. Ini bukan sekadar catatan teknis; ini adalah sinyal bahwa kita mungkin hanya melihat puncak gunung es dari sebuah krisis yang tidak terlaporkan. Kita mungkin merasakan simpati pada data yang kita lihat, tetapi bagaimana dengan data yang tidak pernah sempat tercatat? Ini mengubah diskusi dari “siapa yang paling berisiko” menjadi “risiko siapa yang paling tidak terlihat oleh dunia”.
Visualisasi Data
Kesimpulan: Dua Prioritas Mendesak dari Satu Grafik
Data ini tidak hanya menantang pemahaman kita tentang geografi risiko, tetapi juga menetapkan dua prioritas yang jelas. Prioritas pertama adalah mengalihkan sebagian perhatian dan sumber daya ke negara-negara dengan tingkat risiko tertinggi yang selama ini terabaikan. Prioritas kedua, yang tidak kalah penting bagi para pembuat kebijakan dan inovator, adalah mengatasi krisis data itu sendiri. Tanpa pelaporan yang andal, upaya pencegahan global akan terus berjalan dalam kegelapan, tidak pernah bisa benar-benar tepat sasaran.
Jelajahi lebih dalam tentang Analysis & Visualization
Referensi
World Health Organization. (2023). Suicide worldwide in 2019: Global Health Estimates. World Health Organization
Penelusuran Terkait
- Suicide - World Health Organization (WHO)
- Suicide prevention in Africa: a systematic review of the literature - The Lancet
- Suicide - Our World in Data
- Mental health: Why workplace support is a sound investment - World Economic Forum
- A global early warning system for suicide prevention - Nature Medicine
- Mental health - WHO | Regional Office for Africa
- Suicide In South Korea: A Lesson For Singapore - Samaritans of Singapore
- The Widening Health Data Gap In An AI-Powered World - S&P Global