" Konteks juga dapat membentuk persepsi. "
- Nir Eyal, Hooked
Joshua Bell
Pernahkah Anda mendengar nama Joshua Bell?
Ia adalah seorang pemain biola virtuoso asal Amerika Serikat yang terkenal di seluruh dunia. Bell sering tampil sebagai solois bersama orkestra-orkestra ternama dan dikenal karena permainan biolanya yang penuh emosi serta tekniknya yang luar biasa. Salah satu biola yang ia gunakan adalah Stradivarius Gibson ex Huberman, sebuah instrumen langka dan sangat berharga.
Lantas apa yang terjadi jika seorang musisi kaliber dunia seperti Joshua Bell tampil di tempat umum tanpa pengumuman atau panggung mewah? Pada tahun 2007 hal ini benar-benar terjadi. Salah satu dari eksperimen sosial terkenal melibatkannya untuk berbain biola secara tidak dikenali di stasiun Washington, D.C.
Eksperimen ini bertujuan untuk menguji apakah keindahan seni tetap bisa dihargai di luar konteksnya yang biasa. Meski Bell memainkan beberapa karya musik klasik yang indah, hampir tidak ada yang menyadari bahwa seorang maestro hebat sedang bermain di depan mereka. Dari ratusan orang yang melewati Bell, hanya segelintir yang berhenti sejenak untuk mendengarkan. Dalam waktu sekitar 45 menit, hanya 7 orang yang benar-benar memperhatikannya, dan total uang yang ia kumpulkan dari sumbangan hanyalah $32, jauh dari bayaran ribuan dolar yang biasa ia terima untuk satu konser.
Eksperimen ini menunjukkan bagaimana konteks dan ekspektasi memainkan peran besar dalam cara orang memandang seni. Seorang musisi yang biasanya tampil di gedung konser bergengsi dengan tiket mahal bisa diabaikan begitu saja ketika ia bermain di tempat umum tanpa pengenalan atau reputasi.
Eksperimen Asian Disease Problem oleh Tversky dan Kahneman (1981)
Dalam eksperimen ini, partisipan diminta untuk memilih salah satu dari 2 program pengobatan untuk menghadapi wabah penyakit hipotetis yang diprediksi akan membunuh 600 orang.
- Frame Positif (Gain Frame)
- Program A: 200 orang akan diselamatkan.
- Program B: Ada peluang 1/3 bahwa 600 orang akan diselamatkan, dan peluang 2/3 bahwa tidak ada yang selamat.
Hasil : Mayoritas orang memilih Program A (efek kepastian).

Frame Positive from Imagen 3
- Frame Negatif (Loss Frame)
- Program C: 400 orang akan mati.
- Program D: Ada peluang 1/3 bahwa tidak ada yang akan mati, dan peluang 2/3 bahwa 600 orang akan mati.
Hasil: Mayoritas orang memilih Program D (menghindari risiko kerugian).

Frame Negative from Imagen 3
Eksperimen Asian Disease Problem oleh Tversky dan Kahneman (1981) menunjukkan bahwa cara penyajian informasi mempengaruhi keputusan seseorang. Ketika pilihan diformulasikan dalam gain frame (keuntungan), mayoritas peserta memilih opsi yang lebih pasti (menyelamatkan 200 orang). Namun, ketika pilihan diformulasikan dalam loss frame (kerugian), peserta lebih cenderung mengambil risiko untuk menghindari kehilangan (memilih peluang 1/3 bahwa tidak ada yang mati). Hasil ini mengonfirmasi bahwa individu cenderung risk-averse dalam situasi keuntungan dan risk-seeking dalam situasi kerugian, membuktikan dampak kuat framing effect dalam pengambilan keputusan.
Implementasi Framing Effect dalam Product
- Tampilan dengan latar belakang mewah dapat meningkatkan persepsi konsumen terhadap kualitas kopi, sementara tanpa latar belakang yang mencolok cenderung menghasilkan persepsi yang lebih netral.

Image from Imagen 3
- Dengan menambahkan informasi ekstra sebesar 20% pada chip tersebut, hal ini dapat mempengaruhi pandangan konsumen tentang keuntungan yang mereka peroleh, dibandingkan jika informasi tersebut tidak disampaikan sama sekali.

Image from Imagen 3
- Pada produk seperti daging, kadar lemak sering menjadi isu yang sensitif bagi banyak konsumen. Dengan menggunakan framing, misalnya menonjolkan kandungan daging yang tinggi (80%) dibandingkan dengan menekankan kandungan lemak rendah (20%), produk tersebut cenderung dianggap lebih positif oleh konsumen, meskipun jumlahnya tetap sama.

Image from Imagen 3
Rekomendasi Bisnis
Framing merupakan bagian yang penting dalam menciptakan brand image, karena menentukan bagaimana suatu merek dipersepsikan oleh audiens melalui cara penyampaian pesan, visual, dan narasi yang digunakan. Dengan framing yang tepat, sebuah merek dapat menonjolkan nilai, keunggulan, serta emosi yang ingin dikaitkan dengan produk atau layanannya, sehingga membentuk persepsi positif di benak konsumen. Strategi framing yang efektif dapat diterapkan dalam komunikasi pemasaran, desain kemasan, kampanye iklan, hingga interaksi di media sosial untuk meningkatkan daya tarik merek dan memperkuat loyalitas pelanggan.
Referensi
Sean Ellis, Morgan Brown - Hacking Growth: How Today's Fastest-Growing Companies Drive Breakout Success -Books.google.co.id/
Nir Eyal.(2014). Hooked: How to Build Habbit-Forming Products. Googe Book