Mengapa Player Judi Online Susah Berhenti? Jawabannya Ada di Otak Kita

Perjudian online adalah masalah serius. Situs-situs baru terus bermunculan setiap hari, bahkan saat pemerintah berusaha memblokirnya. Pertumbuhan yang masif ini adalah bukti nyata betapa mengancamnya judi online di era digital.

Pernah iseng coba Googling dengan kata kunci spesifik (tekniknya disebut Google Dorking) di situs pemerintah berdomain .go.id? Anda mungkin kaget melihat betapa banyaknya situs resmi yang disusupi iklan slot.

Contoh situs pemerintah yang disusupi judi online

Kenapa mereka berani dan rela keluar modal besar untuk membajak situs pemerintah? Jawabannya cuma satu kata: cuan.

Mengutip JawaPos.com, Menkominfo Budi Arie menyatakan perputaran uang dari judi online bisa mencapai Rp 2,2 triliun per bulan.

Angka yang gila, bukan? Inilah yang membuat banyak pihak tergiur, sampai-sampai kolom komentar media sosial kita penuh dengan spam promosi dari mereka.

Artikel ini tidak akan membahas cara membuat situs judi. Sebaliknya, kita akan bedah sisi psikologinya: Kenapa seseorang sangat sulit berhenti berjudi, bahkan saat mereka tahu sedang rugi besar?

Tenang, pemahaman ini sangat berguna jika kamu punya produk digital seperti SaaS, e-commerce, atau bahkan sebagai content creator.


Kunci Jawabannya: Variable Reward (Hadiah Tak Terduga)

Infografis Hook Model oleh Nir Eyal

Konsep ini dipopulerkan oleh Nir Eyal dalam bukunya, Hooked. Variable Reward adalah bagian dari sebuah siklus bernama Hook Model (Pemicu → Aksi → Hadiah Tak Terduga → Investasi) yang dirancang untuk membuat pengguna “ketagihan” pada sebuah produk.

Intinya, otak kita lebih terobsesi pada hadiah yang tidak pasti dan bervariasi daripada hadiah yang sudah pasti didapat. Ketidakpastian inilah yang menjadi candu.


Akar Ilmiah: Eksperimen Merpati B.F. Skinner

Ilustrasi B. F. Skinner

Jauh sebelum era digital, pada tahun 1940-an, seorang psikolog bernama B.F. Skinner sudah menemukan prinsip ini lewat eksperimen sederhana.

Dia memasukkan seekor merpati ke dalam kotak khusus yang kita kenal sebagai Kotak Skinner. Di dalamnya ada sebuah tombol. Awalnya, setiap kali merpati mematuk tombol, sebutir makanan keluar. Merpati pun belajar: Patuk tombol = dapat makan.

Ilustrasi Skinner Box dengan merpati

Kemudian, Skinner mengubah aturannya. Makanan hanya keluar secara acak. Kadang setelah satu patukan, kadang setelah sepuluh, kadang tidak keluar sama sekali.

Hasilnya? Merpati jadi gila. Ia mematuk tombol terus-menerus secara kompulsif, bahkan saat tidak lapar.

Kesimpulannya: Jadwal hadiah yang acak menciptakan perilaku yang jauh lebih adiktif dan sulit dihentikan daripada hadiah yang konsisten.

Terdengar familiar dengan mesin slot?


Biar Gampang, Bayangin Kulkas Ajaib Ini

Ilustrasi kulkas ajaib

Oke, kita bukan merpati. Jadi, bayangkan ini kulkas di rumahmu. Biasanya kosong melompong. Membukanya hanya untuk melihat lampu menyala itu membosankan.

Suatu malam, kamu membukanya dan jeng jeng! Kulkas itu penuh dengan makanan favoritmu. Kamu makan dengan bahagia.

Malam berikutnya, kamu buka lagi. Isinya bukan makanan, tapi jajaran botol wine mewah yang harganya selangit. Pengalaman yang luar biasa, kan?

Jika keajaiban ini terus terjadi dengan isi yang berbeda-beda setiap malam, bisa dipastikan kamu akan selalu berdebar-debar setiap kali mendekati kulkas, penasaran kejutan apa yang menanti. Itulah kekuatan Variable Reward.


Bukan Cuma Judi: Jebakan Ini Ada di Keseharian Kita

Mekanisme ini sangat kuat sehingga diadopsi (baik sengaja maupun tidak) oleh banyak produk digital yang kita gunakan setiap hari.

  • 1. Game Online

    Kemenangan dan kekalahan yang tidak bisa diprediksi, item drop atau loot box yang isinya acak, semua itu membuat kita terus bermain. Kecanduan ini bahkan diakui oleh WHO sebagai Gaming Disorder.

  • 2. Video Pendek Media Sosial (TikTok, Reels, Shorts)

    Setiap scroll adalah pertaruhan. Apakah video berikutnya akan lucu, informatif, atau malah cringe? Ketidakpastian ini membuat otak kita melepaskan dopamin dan membuat kita terus scrolling tanpa henti. Fenomena ini sering dikaitkan dengan istilah viral Brain Rot. Coba deh perhatiin, ada nggak sih aplikasi medsos yang sekarang nggak punya fitur video pendek?

  • 3. Notifikasi Media Sosial

    Setiap kali kita mem-posting sesuatu, kita menantikan notifikasi—like, komentar, atau balasan pesan. Notifikasi ini datang secara tidak terduga dan mendorong kita untuk terus membuka aplikasi. Pernah merasa HP bergetar padahal tidak ada notifikasi apa-apa? Itu bisa jadi tanda Notification Addiction.


Apa Pelajarannya?

Untuk Pemilik Produk & Kreator (yang Etis)

Jika kamu ingin meningkatkan retensi dan engagement pengguna, prinsip Variable Reward ini sangat ampuh.

  • E-commerce: Buat mystery box, flash sale dengan waktu dan produk acak, atau berikan voucher kejutan setelah pembelian.
  • Content Creator: Adakan giveaway atau Q&A dadakan di tengah live stream.
  • Aplikasi Edukasi: Berikan lencana (badge) atau poin bonus secara tak terduga saat pengguna mencapai milestone tertentu.

Catatan Penting: Gunakan teknik ini secara etis untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan, bukan untuk mengeksploitasi atau menciptakan kecanduan yang merugikan pengguna.

Untuk Diri Kita Sendiri

Sekarang kita tahu “sihir” di balik produk-produk adiktif ini. Mereka dirancang untuk memanfaatkan cara kerja alami otak kita. Dengan kesadaran ini, kita bisa lebih waspada terhadap pemicunya.

Jadi, coba buka pengaturan screen time di ponselmu. Aplikasi mana yang paling jago membuatmu kembali lagi dan lagi? Dan sekarang, kamu tahu kenapa.


Referensi

Nir Eyal.(2014). Hooked: How to Build Habbit-Forming Products. Google Books