Loading 0%

Risiko Bunuh Diri Global (WHO): Kelompok Usia Mana yang Paling Membutuhkan Perhatian?

  .... Views
 483 words  3 min
Risiko Bunuh Diri Global (WHO): Kelompok Usia Mana yang Paling Membutuhkan Perhatian?

Percobaan bunuh diri ternyata tidak mengenal batasan usia, karena dapat terjadi baik pada usia muda maupun usia tua, sebagaimana yang sering kita dengar dalam berbagai pemberitaan. Fenomena ini menunjukkan bahwa tekanan mental, masalah emosional, dan beban hidup dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang tahapan usia.

Catatan Penting: Konten berikut membahas isu sensitif terkait bunuh diri dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal membutuhkan dukungan, harap segera hubungi layanan bantuan profesional.

Remaja mungkin menghadapi tekanan dari lingkungan sekolah, pergaulan, atau keluarga, sementara orang dewasa dan lansia dapat mengalami kesepian, masalah kesehatan, kehilangan orang tercinta, atau tekanan ekonomi. Seperti yang ditunjukkan dalam beberapa pemberitaan media di bawah ini:

 Berita Media terkait tindakan Suicide

Berita Media terkait tindakan Suicide From Google Search

Pada bagian ini, seperti yang terlihat dari visualisasi tersebut, setiap negara memiliki permasalahan terkait kasus bunuh diri pada berbagai kelompok usia, seperti usia 15–29 tahun, 30–49 tahun, 50–69 tahun, serta 70 tahun ke atas. Meskipun isu yang sering kita dengar berkaitan dengan kasus bunuh diri di kalangan pelajar, fakta berdasarkan data justru menunjukkan bahwa mayoritas kasus di beberapa negara terjadi pada kelompok usia yang lebih tua, yaitu 50–69 tahun, dan paling sering pada usia 70 tahun ke atas.

Tertinggi50–69 Tahun70+ Tahun
1Lesotho (61.2)Eritrea (87.1)
2Central African Republic (47.7)Mozambique (81.5)
3Zimbabwe (46.7)Malawi (77.4)
4Guyana (44.8)Central African Republic (72.3)
5Eswatini (44.4)Burundi (70.2)

Seperti yang dijelaskan oleh Jeffrey S. Nevid dalam bukunya Abnormal Psychology, lansia yang merasa kualitas hidup mereka kurang memuaskan dan mengalami ketidakberdayaan akibat penyakit lebih rentan terhadap depresi dan pemikiran untuk bunuh diri.

Lansia juga cenderung mengalami perasaan kehilangan yang mendalam terhadap kerabat dan teman yang telah tiada, yang pada akhirnya membuat mereka merasa terisolasi secara sosial.

Berdasarkan data tersebut, ada baiknya kita turut memberikan perhatian lebih kepada para lansia yang mengalami tekanan psikologis dan sosial, agar mereka tetap mendapatkan dukungan serta kualitas hidup yang layak.

Meskipun demikian, perhatian juga perlu difokuskan pada kelompok usia muda, yakni 15–29 tahun dan 30–49 tahun, terutama di beberapa negara yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya kasus bunuh diri pada kelompok usia tersebut. Usia muda sering kali menjadi fase yang penuh tantangan, di mana individu menghadapi berbagai tekanan terkait pencarian jati diri, tuntutan akademik atau pekerjaan, serta dinamika hubungan sosial dan keluarga.

TertinggiUsia 15–29 TahunUsia 30–49 Tahun
1Suriname (36.0)Lesotho (62.1)
2Solomon Islands (33.9)Eswatini (55.7)
3Micronesia (Federated States of) (33.4)South Africa (40.7)
4Kiribati (31.1)Zimbabwe (37.3)
5Vanuatu (29.7)Guyana (37.0)

Ketidakstabilan emosi yang umum terjadi pada masa ini, ditambah dengan kurangnya akses terhadap dukungan psikologis yang memadai, dapat meningkatkan risiko munculnya pikiran atau tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, intervensi yang tepat sasaran, edukasi mengenai kesehatan mental sejak dini, serta penciptaan lingkungan yang suportif sangat diperlukan untuk membantu kelompok usia muda menghadapi berbagai tekanan hidup secara sehat dan konstruktif.

Referensi

  • Nevid, J. S. (2012). Abnormal Psychology: In a Changing World. Pearson Education.

WHO